Aku ingin membiarkan semu itu pergi seringan awan
yang datang diterpa angin Muson lalu mengubah pekatnya menjadi tiada.

Aku ingin kakunya kenangan lalu pergi dan tanpa malu untuk menghilangkan jejaknya

Namun serasa tak ada yang mampu mengubahnya menjadi secerah harapanku, bahkan mungkin keajaiban juga tak mampu, namun aku selalu berharap itu ada.

Aku ingin mencoba berjalan dalam rintik hujan dan menari riang memecah gersangnya gurun Kalahari agar aku bisa merasakan berharganya sebuah penantian.

Aku menginginkan adanya pelangi pada barisan hujan itu, namun aku takut mendapatinya lebih seperti rasa yang hanya datang sebentar dan tinggal seperti kenangan untuk selamanya, seperti indahnya rindu yang begitu cepat diciptakan oleh seseorang sepertimu dan aku begitu takut jika itu sulit untuk terhapuskan.

Aku tak ingin keteguhanku lagilagi runtuh seperti jatuhnya manik embun pagi yang menggenang didaun keladi, sebentar lalu jatuh diterpa angin dan hilang ditanah hitam yang tandus, seperti kenangan yang benarbenar tertelan dilembah beku dan tertutupi kabut pilu.

Aku selalu menatap langit saat aku bersedih dan saat aku merindu,
namun kini aku hanya terdiam menatap langit gelap, sebab aku tak tau kemana arah jalan menuju padamu.
langit tetap saja tak mau mendengar celotehanku dan seakan enggan menuntunku menemukan dirimu. kau seperti ada pada langit ketujuh tanpa mampu untuk kusentuh.

Aku tak memintamu untuk menjadi apapun,..

Aku tak memintamu menjadi pelangi pada barisan hujan itu
atau apapun yang terlihat lebih menyejukkan dan berwarna dari dirimu.

Cukup kau hadir mengisi singgasana hatiku yang ada untuk menguatkanku,
membuatku merasa berarti untukmu, dan tentunya dengan waktu yang tak cukup hanya sebentar.

" Aku hanya berAsumusi keajaiban itu ada dalam dirimu ? "

To; Amelia Senja