Rembulan diam di peraduan nya

. . . . .

Dan Malam tetaplah malam
Dengan tabirnya sendiri
. . . . .

Suatu cerita tentang hening dan elegi
Kan tetap ada dalam kisahku

Bersama dalam ringkihan Elitis sang waktu

Kutuliskan sebait sajak
Dan menunggu pagi berlabuh dimatamu

Namun aku terlambat, . .

Hening itu terlalu sunyi merasuki pikiran
Dan terpaku Aku di keAkuan ku yang rapuh

Sajak ku pun berlabuh di padang rembulan

Maafkan aku , . .

. . . . .

Kuberharap dirimu berkenan menunggu
Hingga esok kembali menjemput

. . . . .

Karena diwajah sang rembulan itu
Telah tertulis sebuah sajak Untukmu

Kelak, suatu saat
Kuingin kau membacanya untukku, dan untukmu

Namun, jika esok aku tak disampingmu
Dan kau lelah dengan perjalanan sang waktu

Biarlah sajak itu hanya terukir pada rembulan.

Dan bila kau masih merindukan aku
Lihatlah rembulan itu saat malam mulai menjelang

Lihatlah ditiap rengkuhan malammu

Aku kan selalu ada bersama sajakku dan rembulan

. . . . .





"March Memories::TentangmU dan sang Rembulan "


02august, @ 04:11